Ya, jangan bilang cinta kalo kita masih setengah hati
mencintai. Jangan pernah ucapkan kata cinta jika kita masih tak bisa memberikan
pengorbanan terbesar dalam hidup kita demi yang kita cintai. Jangan sampe
keluar kata cinta jika kita tak berani membela yang kita cintai. Sebab, cinta
bukan hanya ucapan yang manis di bibir, bukan kata yang kedengarannya indah di
telinga, dan bukan pula tulisan yang membuat kita merasa bahagia. Bukan hanya
itu. Karena cinta harus diwujudkan dalam perilaku. ‘Kalimah sakti’ itu harus
tercermin dalam perbuatan dan pikiran. Sekali berani bilang cinta, maka
seharusnya kita akan berani berkorban, berani membela, berani bertanggung jawab
terhadap apa yang kita cintai.
Sobat muda muslim, tolong jangan menggombal atas nama cinta.
Jangan pula pura-pura jadi orang yang penuh cinta dengan menipu diri karena
sejatinya kita belum sepenuhnya mencintai apa yang kita cintai. Cinta itu bukan
main-main, cinta adalah wujud dari keseriusan kita bahwa kita akan berusaha
melakukan apa saja demi yang kita cintai. Kalo kita mengecewakan yang kita
cintai, tentunya cinta kita palsu. Kalo kita mengkhianati apa yang kita cintai,
tentunya bukan cinta sejati. Sebab, jika benar-benar cinta kepada apa yang kita
cintai, kita nggak bakalan mengecewakan apalagi mengkhianatinya. Tul nggak sih?
Jangan bilang cinta kepada Allah, jika…
Jika kita masih melanggar aturanNya. Sungguh sangat aneh
jika kita berani mengatakan cinta kepada Allah, sementara kita doyan alias hobi
banget menolak perintahNya, sementara laranganNya malah kita lakukan. Pastinya
ada yang error alias tulalit kalo kita bilang: “Aku cinta kepada Allah Swt.”,
tapi dalam kelakuan kita nggak mencerminkan kecintaan kita kepadaNya.
Misalnya nih, meski sholat rajin dan puasa rajin, tapi
perintah Allah Swt. yang lainnya seperti menutup aurat kalo keluar rumah nggak
kita lakukan. Anak cewek yang tertutup rapat dengan kain mukena ketika sholat,
seharusnya menutup rapat auratnya pula ketika keluar rumah. Seringnya kan nggak ya. Rapi pada
saat sholat, begitu keluar rumah malah tampil mengumbar aurat. Ke sekolah nggak
pake kerudung dan pakaian jilbab (pakaian terusan—buat anak SMA sebenarnya bisa
disambung pakaian atas putih dan bawah abu-abu). Sebaliknya, malah pake rok.
Meski rok itu menutupi lutut, tapi kan
nggak disebut pakaian muslimah. Padahal, Allah memerintahkan lho untuk
mengenakan busana muslimah buat wanita, sebagaimana dalam firmanNya: “Hai Nabi
katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka”.. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”(QS
al-Ahzab [33]: 59)
Yup, kita coba ngasih penjelasan. Begini sobat, jilbab
bermakna milhâfah (baju kurung atau semacam abaya yang longgar dan tidak
tipis), kain (kisâ’) apa saja yang dapat menutupi, atau pakaian (tsawb) yang
dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Di dalam kamus al-Muhîth dinyatakan
demikian: Jilbab itu laksana sirdâb (terowongan) atau sinmâr (lorong), yakni
baju atau pakaian yang longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja
yang dapat menutupi pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung.
Nah, kalo mau pengen tahu penjelasan tambahannya, ada juga
keterangan dalam kamus ash-Shahhâh, al-Jawhârî menyatakan: Jilbab adalah kain
panjang dan longgar (milhâfah) yang sering disebut mulâ’ah (baju kurung).
Nah, kapan mengenakan jilbab? Yang pasti kalo seorang
muslimah pergi keluar rumah. Atau kalo pun di dalam rumah, saat ada tamu asing
(bukan mahrom—tentu laki-laki). Sebab memang tujuannya juga adalah untuk
menutup auratnya. Oya, untuk bisa disebut mengenakan busana muslimah, maka
seorang muslimah harus mengenakan jilbab lengkap dengan kerudungnya. Begitu
deh, secara singkatnya.
Bagi anak laki juga sama. Kalo keluar rumah atau kalo di
dalam rumah tapi ada wanita bukan mahrom nggak boleh tuh dipamerin dengkulmu
dan udelmu. Karena aurat laki-laki tuh dari pusar sampe lutut. Wah, kayaknya
udah pada paham deh. Soalnya nih pernah kita pelajari waktu SD dulu. Tul nggak?
Ini sekadar ngingetin aja, gitu lho.
Oya, itu baru kita bahas kewajiban menutup aurat, sementara
kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada kita banyak banget. Sebut saja
tentang sholat, puasa, zakat, pengaturan kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan,
budaya, politik, hukum, sampe pemerintahan. Itu baru pokok-pokoknya, belum
cabangnya dari situ. Wah, kalo ditulis bisa ngabisin jatah halaman di buletin
ini. But, intinya nih, jangan bilang cinta kepada Allah kalo kita doyan menolak
kewajiban yang diperintahkanNya, malah berani mengamalkan apa yang
diharamkanNya.
Jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw....
Jika kita masih melanggar aturan yang ditetapkan Rasulullah
saw. Sebab, apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw. sejatinya adalah wahyu
dari Allah Swt. Ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firmanNya: “...kawanmu
(Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya
itu (al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS an-Najm [53]: 2-4)
Kalo kita masih mengumbar hawa nafsu dengan melakukan
aktivitas pacaran, berarti selain melanggar aturan Allah Swt., juga melanggar
aturan Rasulullah saw. Dan, tentu aja itu nggak mencintai Allah Swt. dan
RasulNya. Allah menjelaskan larangan mendekati zina (lihat QS al-Isra ayat 32).
Nah, hadis Nabi juga ada. Beliau saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang
wanita yang tidak disertai mahromnya. Karena sesungguhnya yang ketiga adalah
syaitan.” (HR Ahmad)
Sobat, jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw., kalo kita
nggak tersinggung ketika ada pihak-pihak yang dengan sengaja melecehkan
Rasulullah saw. Aneh banget kan
kalo kita ngakunya cinta mati sama Rasulullah saw., tapi kita nggak marah
ketika ada orang yang menjelekkan Rasulullah saw.
Seperti kasus pelcehan terhadap Rasulullah saw. yang
dilakukan media-media Eropa dalam bentuk kartun yang salah satunya
menggambarkan bahwa Muhammad saw. sumber inspirasi kekerasan. Gambarnya adalah
sosok lelaki dengan tampang garang dan sorbannya berbentuk bom. Ditulisin di
situ dengan jelas dalam bahasa Arab kalimat Muhammad saw. Waduh, kaum Muslimin
marah dengan protes baik secara lisan maupun tulisan justru wajar. Karena
cintanya kepada Rasulullah saw. Yang parah tuh kalo kita diem aja, terus
pura-pura bijak dengan mengatakan bahwa kartun itu sebagai bentuk evaluasi buat
umat Islam.
Nggak marah apalagi protes. Aneh banget kan ? Macam mana pula tuh orang? Ngakunya sih
Muslim. Tokoh intelektual pula di di negeri ini. Sadar Pak!
Jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw. jika hanya
mengambil sebagian ajarannya dan meninggalkan sebagian besar ajarannya yang
lain. Kalo kita cinta kepada Rasulullah saw. berarti harus mengambil seluruh
yang dibawanya. Bukan dipilih-pilih sesuai kehendak hawa nafsu kita. Karena
Allah Swt. memerintahkan kita untuk mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah
saw. sebagaimana firmanNya:“Apa yang datang (diajarkan) Rasul kepadamu, maka
terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS al-Haysr
[59]: 7)
Oke, boleh bilang cinta kepada Rasulullah saw., asalkan kita
berani pula untuk menaati segala perintahnya dan meninggalkan segala
larangannya. Bohong besar banget kalo kita ngaku-ngaku cinta sama Rasulullah
saw. tapi nggak pernah melaksanakan tuntunan ajarannya. Betul ndak?
Jangan bilang cinta sama ortu...
Jika kita masih suka melawannya, mencelanya, merendahkannya,
dan bahkan menghinanya. Bohong banget kalo kita ngaku-ngaku cinta sama ortu
kita, tapi setiap ortu minta tolong untuk kebaikan kita malah menolaknya.
Percuma bilang cinta sama ortu, tapi kalo diingetin untuk kebaikan dan
kebenaran kita malah menghardiknya. Anak macam apa itu?
Buktikan kecintaan kita kepada ortu kita adalah dengan
berbakti kepadanya. Menghormati mereka, menghargai mereka, menolong mereka, dan
membuat mereka bahagia dengan adanya kita. Keberadaan kita yang udah dilahirkan
ini bukan menjadi beban mereka. Kasihan ibu kita, sejak mengandung kita,
melahirkan kita, merawat dan membesarkan kita, ia tak pernah mengeluh. Ayah
kita juga sama. Mencari nafkah dengan semangat untuk keluarganya.
Cinta mereka sepenuh hati buat kita. Sudah terbukti kok.
Karena sampe sekarang aja, meski kita bandel, ibu dan ayah kita tetap mendoakan
agar kita mendapat petunjuk sambil terus membimbing kita (meski kadang menurut
kita terlihat seperti orang yang cerewet). Tuh, gimana nggak penuh cinta. Jadi,
kitanya sendiri nih yang kudu membuktikan bahwa kita cinta kepada ibu dan ayah
kita dengan cara berbakti kepadanya. Itu sebabnya, jangan bilang cinta kalo
kita tak menghargainya, tak berbakti kepada mereka. Oke?
Jangan bilang cinta kepada kaum Muslimin...
Jika kita nggak mau bekerjasama saling mengingatkan dalam
kebenaran dan saling membantu jika di antara kita mengalami kesusahan. Bohong
banget ngaku-ngaku cinta kepada sesama kaum Muslimin, tapi ketika ada saudara
seakidah kita minta tolong malah dicuekkin. Apalagi sesama aktivis dakwah,
mentang-mentang beda kelompok dakwah, lalu nggak mau menolong jika beda
kelompok dakwah. Lebih parah lagi jika para aktivis dakwah itu masih sodara
kandung. Karena kakaknya beda kelompok dakwah dengan adiknya, lalu ketika
mereka membutuhkan pertolongan malah disuruh minta ke temen-temen dari kelompok
dakwah masing-masing. Yee.. mana ukhuwahmu? Bohong banget ngaku-ngaku cinta
sesama Muslim tapi dengan sesama kaum Muslimin sendiri nggak mau menolong hanya
karena yang akan ditolong beda kelompok dakwah. Kalo gitu caranya, jangan
bilang cinta kepada kaum Muslimin. Sadar ye akhi wa ukhti...
Jangan bilang cinta kepada diri sendiri...
Jika kita senang menjerumuskan diri dalam bahaya dan
kerusakan. Bohong banget bilang cinta ama diri sendiri, tapi setiap hari kita
nenggak minuman keras, sering juga mengkonsumsi narkoba, tubuh kita dipenuhi
tattoo. Bahkan banyak di antara kita yang mengumbar auratnya dan dipajang di
sampul majalah porno atau joget-joget kayak cacing kepanasan mempertontonkan
keindahan tubuhnya di layar televisi (termasuk mereka yang menjerumuskan
tubuh-tubuh mereka dalam perzinahan).
Menurut saya, mereka adalah orang-orang yang nggak cinta
pada dirinya sendiri. Kalo dipikir-pikir, memang sih tubuh kita ya tanggung
jawab kita sepenuhnya. Mau diapakan saja terserah kita. Wong, itu tubuh kita.
But, kita kudu ingat sobat. Bahwa tubuh kita bukan milik kita. Tubuh kita
sejatinya milik Allah Swt. Jadi, tuh tubuh kudu kita pelihara dan dijaga sesuai
aturan dari yang menciptakan kita, yakni Allah Swt.
Itu sebabnya, ada larangan bunuh diri, larangan mengkonsumsi
narkoba, larangan mentato badan, larangan mempertontonkan aurat di muka umum
dll. Iya kan ?
Oke deh, moga renungan sederhana ini bisa ngingetin kita
untuk mengevaluasi kehidupan kita: Apa benar kita udah cinta banget sama Allah,
RasulNya, ortu kita, kaum Muslimin, dan cinta kepada diri kita sendiri jika
kita masih berperilaku yang justru menggambarkan bentuk pengkhianatan terhadap
cinta yang kita ikrarkan?
Semoga kita menjadi orang-orang yang benar-benar
mencintai Allah Swt., RasulNya, ortu kita, kaum Muslimin, dan diri kita
sendiri. Nah, itu harus dibuktikan dalam pikiran dan perbuatan sesuai tuntunan
ajaran Islam. Oke? Semangat!
0 komentar:
Posting Komentar