Senin, 19 September 2016 | By: Tuxedo Kamen

MANUSIA SYETAN ATAU SYETAN MANUSIA ?

Kata Syaithoon, / " setan "  ada dua pengertian :

Pengertian pertama :
Makna Lafadz " Sya-i-tho-nun"  secara gramatika,; dengan nun ashliyah pada wazan fa-i-'aa-lun ( yang akar katanya: sya-tho-na) maknanya adalah  = al-ba'iid, = " jauh "

Pengertian ke dua :
Kata:  sya-i-tho-nun dengan ya'   ashliyah sementara nun-nya nun- zaidah, pada wazan fa'-laa-nun  ( yang akar kata-nya : syaa-tho (tanpa nun), -  yasyiithu, -  maka maknanya adalah ihtaroqo = " terbakar – membakar – karena api itu bersifat membakar.


Para fuqoha menyatakan :" Dalam pembahasan ini,.. pengertian makna syaithon yang lebih shahih adalah pengertian yang pertama.", sehingga makna -sya-tho-na- artinya: ba'uda 'anil haqq au 'an rahmatillah ( syaithon itu :  jauh dari kebenaran (al-islam), atau jauh dari rahmat Allah Ta'aala.)  

Dikatakan pula :
" Wa kullu 'aatin mutamarridin min al-jinni wal insi wa d-dawaabbi fa huwa syaithonun."  artinya (dan setiap makhluq yang membantah / menentang (syari'ah2 Allah Ta'ala dan Rasul-Nya),  dari kalangan jin dan manusia, dan seluruh binatang binatang melata, maka dia adalah Syetan."
(lihat: al-Mishbaahul Muniir fii ghariibi asy-syarhil Kabiir 5/ 14).
 
Imam Jauhariy berkata :

وكلُّ عاتٍ من الإنس والجنّ والدوابّ شَيْطان

" Sitiap (makhluq) yang membantah (perintah perintah Allah), dari kalangan manusia, jin dan binatang binatang  melata adalah syetan."  (ash-Shihah fi lughah, juz: 1 / 357)

Imam Jauhariy juga berkata :

كلُّ عاتٍ متمرِّدٍ فِرْعَوْنٌ

Setiap pembantah dan menentang (al-haqq) adalah fir'aun. (ash-Shihah fi lughah, juz: 2 / 41)
Seperti yang disebutkan juga oleh imam ath-Thabariy dalam kitab tarikh-nya:
والشَّطونُ: البعيد.

Asy-syathuun artinya al-ba'iid (jauuh) ( Tarikh ath-Thobariy: 4/ 160)

Imam al-Qurthubiy memaknai kata syathona, :

شطن إذا بعد عن الخير.

Syathona itu, apabila jauh dari al-khair (jauh dari kebaikan). (Tafsir al-Qurthubiy 1/90)
Al-khair  itu yakni al-islam dan syari'ah-syari'ah NYA     -à  (lihat : Jaami'ul Bayan fi ta'wilil Quran  pada penjelasan surah Ali Imran ayat 104 tentang  makna :  "al-khair")

Imam Ibnu Qutaibah berkata : " Setiap (  amal ) yang memperturuti hawa nafsu (menjauhkan dari al-haqq), maka tempatnya di neraka.

Muhammad bin Ishaq berkata : " Sungguh,.. cukuplah disebut syetan, dikarekan seseorang menjauhkan diri dari perintah Tuhan-nya (Rabbul 'Aalamiin)   (Gharibul Hadits :  juz 2/ 367)
Jauh tabi'at syaithon itu dari umumnya tabi'at manusia, dan kelakuanya itu jauh dari kebaikan (al-Khair) yakni bahwa : kelakuanya itu jauh dari al-islam dan syari'ah syari'ah-Nya.

Imam Sibaweh (ahli gramatika) berkata :

تشيطن فلان إذا فَعَل فِعْل الشيطان

" Telah menjadi syetan seseorang itu, apabila ia  berkelakuan dengan perilaku syetan."  (perilaku syetan adalah segala amal perbuatan yang " jauh " bertentangan dengan syari'ah Allah dan Rasul-Nya), selanjutnya imam Sibaweh berkata :

ولهذا يسمون كل ما تمرد من جني وإنسي وحيوان شيطانًا، قال الله تعالى: { وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا } [الأنعام: 112].

Dari sinilah dapat disebut bahwa: setiap makhluq-  baik dari kalangan jin, manusia, dan hewan yang (amal perbuatanya  " tamarud " ) yakni yang menentang (tuntunan syari'ah Allah Ta'aala dan Rasul-Nya),.. maka ia bisa disebut syetan.

Sebagaimana firman Allah Ta'aala :
"Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, dari kalangan syaitan-syaitan  manusia dan syetan  jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).     (TQS al-An'aam [6] : 112)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :

يا أبا ذر، تعوّذ بالله من شياطين الإنس والجن "، فقلت: أو للإنس شياطين؟ قال: " نعم " ( مسند الإمام أحمد، عن أبي ذر، رضي الله عنه)

" Yaa Aba Dzaar,.. berlindunglah kepada Allaah dari syetan manusia dan jin !."    Abu  Dzar 
bertanya : " Apakah manusia juga ada syetan ?..   Nabi bersabda : Ya ."  (Musnad imam Ahmad : 20572, dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu)

Imam asy-Syaukaniy dalam tafsirnya berkata :

شطن ، أي بعد عن الحق

Syathona maknanya adalah " jauh "  dari al-haqq (al-islam). (Fathul Qodiir : 1/ 38)
Allah Ta'ala telah mengabarkan sifat orang orang munafiq tentang persahabatan mereka dengan syetan syetan, untuk menentang dan membantah perintah perintah Allah Ta'aala.

Sebagaimana firman-Nya :
"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."  (TQS. Al-Baqarah : 14)

Dari Ibnu Abbas, dari Murrah al-Hamdaniy, dari Abdullah bin Mas'ud, dari Annas radhiyallahu 'anhum, para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut menjelaskan makna : wa idza khalau ila syayaathinihim (dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka) ,.. maksudnya adalah :

فهم رءوسهم في الكُفر.

".. apabila mereka kembali kepada pemimpin pemimpin mereka di dalam kekufuran. "

Jadi,.. syetan syetan itu  adalah pemimpin orang orang munafiq dalam kekufuran. (tafsir ath-Thabariy juz 1/ 397)

عن مجاهد:(وإذا خلوا إلى شياطينهم)، قال: أصحابِهم من المنافقين والمشركين.

Mujahid menjelaskan makna : " dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka ."
"ash-haabihim "  dimaknai : syetan syetan itu sahabat – sahabat mereka orang orang munafiq dan musyrikiin.

Kesimpulan kami:  Siapa saja yang menentang hukum hukum Allah Ta'aala  mereka " Jauh " dari al-haqq yakni al-islam dan syari'ah2-Nya mereka adl: orang-orang kafir, musyrik, munafiq, sahabat sahabat syetan.

WaAllahu a'lam bish-shawab.

نسأل الله لنا ولكم العافية ,  أمين

0 komentar:

Posting Komentar