Kata Syaithoon, / " setan " ada dua
pengertian :
Pengertian pertama :
Makna Lafadz " Sya-i-tho-nun" secara
gramatika,; dengan nun ashliyah pada wazan fa-i-'aa-lun ( yang akar katanya:
sya-tho-na) maknanya adalah = al-ba'iid, = " jauh "
Pengertian ke dua :
Kata: sya-i-tho-nun dengan ya' ashliyah
sementara nun-nya nun- zaidah, pada wazan fa'-laa-nun ( yang akar
kata-nya : syaa-tho (tanpa nun), - yasyiithu, - maka maknanya
adalah ihtaroqo = " terbakar – membakar – karena api itu bersifat
membakar.
Para fuqoha menyatakan :" Dalam pembahasan ini,..
pengertian makna syaithon yang lebih shahih adalah pengertian yang
pertama.", sehingga makna -sya-tho-na- artinya: ba'uda 'anil haqq au
'an rahmatillah ( syaithon itu : jauh dari kebenaran (al-islam),
atau jauh dari rahmat Allah Ta'aala.)
Dikatakan pula :
" Wa kullu 'aatin mutamarridin min al-jinni wal insi
wa d-dawaabbi fa huwa syaithonun." artinya (dan setiap makhluq
yang membantah / menentang (syari'ah2 Allah Ta'ala dan Rasul-Nya), dari
kalangan jin dan manusia, dan seluruh binatang binatang melata, maka dia adalah
Syetan."
(lihat: al-Mishbaahul Muniir fii ghariibi
asy-syarhil Kabiir 5/ 14).
Imam Jauhariy berkata :
وكلُّ عاتٍ من الإنس والجنّ والدوابّ شَيْطان
" Sitiap (makhluq) yang membantah (perintah
perintah Allah), dari kalangan manusia, jin dan binatang binatang melata
adalah syetan." (ash-Shihah fi
lughah, juz: 1 / 357)
Imam Jauhariy juga berkata :
كلُّ عاتٍ متمرِّدٍ فِرْعَوْنٌ
Setiap pembantah dan menentang (al-haqq) adalah
fir'aun. (ash-Shihah fi lughah, juz: 2 /
41)
Seperti yang disebutkan juga oleh imam ath-Thabariy
dalam kitab tarikh-nya:
والشَّطونُ: البعيد.
Asy-syathuun artinya al-ba'iid (jauuh) ( Tarikh ath-Thobariy: 4/ 160)
Imam al-Qurthubiy
memaknai kata syathona, :
شطن إذا بعد عن الخير.
Syathona itu, apabila jauh dari al-khair (jauh dari
kebaikan). (Tafsir al-Qurthubiy 1/90)
Al-khair itu yakni
al-islam dan syari'ah-syari'ah NYA -à (lihat : Jaami'ul Bayan fi ta'wilil Quran pada
penjelasan surah Ali Imran ayat 104 tentang makna : "al-khair")
Imam Ibnu Qutaibah berkata : " Setiap ( amal ) yang memperturuti hawa
nafsu (menjauhkan dari al-haqq), maka tempatnya di neraka.
Muhammad bin Ishaq
berkata : " Sungguh,.. cukuplah disebut syetan, dikarekan seseorang menjauhkan
diri dari perintah Tuhan-nya (Rabbul 'Aalamiin) (Gharibul
Hadits : juz 2/ 367)
Jauh tabi'at syaithon itu dari umumnya tabi'at manusia, dan
kelakuanya itu jauh dari kebaikan (al-Khair) yakni bahwa : kelakuanya itu jauh
dari al-islam dan syari'ah syari'ah-Nya.
Imam Sibaweh (ahli
gramatika) berkata :
تشيطن فلان إذا فَعَل فِعْل الشيطان
" Telah menjadi syetan seseorang itu, apabila ia
berkelakuan dengan perilaku syetan." (perilaku syetan adalah segala amal perbuatan yang " jauh
" bertentangan dengan syari'ah Allah dan Rasul-Nya), selanjutnya imam
Sibaweh berkata :
ولهذا يسمون كل ما تمرد من جني وإنسي وحيوان شيطانًا،
قال الله تعالى: { وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ
الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا }
[الأنعام: 112].
Dari sinilah dapat disebut bahwa: setiap makhluq-
baik dari kalangan jin, manusia, dan hewan yang (amal perbuatanya
" tamarud " ) yakni yang menentang (tuntunan syari'ah Allah Ta'aala
dan Rasul-Nya),.. maka ia bisa disebut syetan.
Sebagaimana firman Allah Ta'aala :
"Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi
itu musuh, dari kalangan syaitan-syaitan
manusia dan syetan jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia). (TQS al-An'aam [6] : 112)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :
يا أبا ذر، تعوّذ بالله من شياطين الإنس والجن
"، فقلت: أو للإنس شياطين؟ قال: " نعم " ( مسند الإمام أحمد، عن
أبي ذر، رضي الله عنه)
" Yaa Aba Dzaar,.. berlindunglah kepada Allaah
dari syetan manusia dan jin !." Abu Dzar
bertanya : " Apakah
manusia juga ada syetan ?.. Nabi bersabda : Ya ." (Musnad imam Ahmad : 20572, dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu)
Imam asy-Syaukaniy
dalam tafsirnya berkata :
شطن ، أي بعد عن الحق
Syathona maknanya adalah " jauh " dari
al-haqq (al-islam). (Fathul Qodiir : 1/ 38)
Allah Ta'ala telah mengabarkan sifat orang orang munafiq
tentang persahabatan mereka dengan syetan syetan, untuk menentang dan membantah
perintah perintah Allah Ta'aala.
Sebagaimana firman-Nya :
"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang
beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka
kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya
kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." (TQS. Al-Baqarah : 14)
Dari Ibnu Abbas, dari Murrah al-Hamdaniy, dari Abdullah bin
Mas'ud, dari Annas radhiyallahu 'anhum, para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam tersebut menjelaskan makna : wa idza khalau ila syayaathinihim
(dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka) ,.. maksudnya
adalah :
فهم رءوسهم في الكُفر.
".. apabila mereka kembali kepada pemimpin
pemimpin mereka di dalam kekufuran. "
Jadi,.. syetan syetan itu adalah pemimpin orang orang
munafiq dalam kekufuran. (tafsir ath-Thabariy juz 1/ 397)
عن مجاهد:(وإذا خلوا إلى شياطينهم)، قال: أصحابِهم من
المنافقين والمشركين.
Mujahid menjelaskan
makna : " dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka
."
"ash-haabihim " dimaknai : syetan
syetan itu sahabat – sahabat mereka orang orang munafiq dan musyrikiin.
Kesimpulan kami: Siapa saja yang menentang hukum
hukum Allah Ta'aala mereka " Jauh " dari
al-haqq yakni al-islam dan syari'ah2-Nya mereka adl: orang-orang kafir,
musyrik, munafiq, sahabat sahabat syetan.
WaAllahu a'lam bish-shawab.
نسأل الله لنا ولكم العافية , أمين
0 komentar:
Posting Komentar