Selasa, 05 Februari 2013 | By: Tuxedo Kamen

Allah Melihatmu

Khalifah Umar bin Khaththab adalah pemimpin yang sangat perhatian pada rakyatnya. Untuk itu ia tidak pernah malas dan tidak malu berkeliling Madinah setiap malam untuk mengetahui keadaan kaum muslimin. Suatu ketika, dari sebuah rumah ia mendengar percakapan seorang wanita pedagang susu dengan anak perempuannya. “Tidakkah kaucampur susu daganganmu dengan air? Subuh telah datang!” kata sang ibu. Anak gadisnya menjawab, “Bagaimana mungkin aku mencampurnya, sedangkan Amirul Mukminin telah melarang mencampur susu dengan air?” Sang ibu menimpali, ”Orang-orang telah mencampurnya. Kau campur saja. Toh, Amirul Mukminin tidak akan tahu.” Sang gadis menjawab,” Jika Umar tidak tahu, Tuhan Umar pasti tahu. Aku tidak akan mencampurnya karena Dia telah melarangnya.”.
Perbuatan jelek selalu diawali niat dan dibarengi dengan kesempatan. Tapi seperti kata orang, kalau niat sudah mantap kesempatan bisa dicari. Orang yang memang kebelet ingin ngutil pastinya nggak bakal kehabisan akal untuk mencari kesempatan ngelakuin pekerjaan busuk itu. Begitu juga pelajar yang memang doyan nyontek, juga nggak bakal kalah sama ketatnya pengawasan di ruang ujian. Ia akan pakai berbagai cara untuk bisa mengelabui para pengawas ujian.

Masalah pokoknya bukanlah kesempatan, tapi juga pada niat. Dan kalau sudah bicara niat maka sesungguhnya orang pertama yang dapat menghentikan perbuatan jelek adalah diri kita sendiri. Nasihat, pengawasan, bahkan hukuman seberat apapun tidak bakal digubris bila hati kita sudah dikuasai niat jelek. Dengan keadaan seperti itu, banyak orang merasa bebas dan aman untuk berbuat apa saja.
Para pencuri, pencontek, pembohong, bapak-bapak yang koruptor, adalah sebagian dari kalangan ini. Tapi tidak dengan gadis penjual susu dalam cerita di atas. Ia sadar kalau hidup itu tidak pernah sendirian, selalu ada yang bersama kita dimanapun dan kapanpun. Yang bersama kita adalah Allah Zat yang Mahamelihat dan Mahamendengar. Pada saat kita berdua maka Allah adalah ‘pihak’ ketiga, dan pada saat kita sendiri Ia jadi ‘pihak’ kedua.

Jangan lupa Allah pun tidak pernah berdiam diri. Ia selalu mencatat apa yang kita kerjakan saat itu. Semuanya tersimpan dengan rapih dalam kitab catatan amal yang kita juga akan menyaksikan seluruhnya di hadapan Allah:
 
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.”(TQS. Al Zalzalah [99]:7-8).        
 
Ya, sadarkah kita bahwa kita memang tidak pernah sendirian, bahwa ada Allah dan para malaikatNya yang mengawasi perbuatan kita? Kalau kamu termasuk orang yang nyadar betul akan hal itu, beruntunglah kamu. Karena berarti kamu adalah orang takwanya melekat.
Maka, buat apa kita mencuri-curi kesempatan untuk berbuat yang jelas-jelas Allah dan orang lain tidak suka. Atau apa untungnya kita bersusah payah mengarang cerita bohong untuk menutupi perbuatan jelek kita. Toh, pada akhirnya semua akan dibuka oleh Allah di depan mata kita sendiri. Dan pastinya, ada balasan yang Ia siapkan buat orang-orang yang berbuat seperti demikian. Firman Allah:
 
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(TQS. Al Hasyr [59]:18).
 
Andaikan kita menghayati setiap ibadah yang kita jalani, insya Allah akan tertanam kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi kita. Dalam shalat kita didorong untuk khusyu', menghayati seolah-olah kita melihat Allah sehingga setiap gerakan kita lakukan dengan tuma'ninah – penuh ketenangan – dan bacaan yang kita lafadkan kita baca dengan tartil. Sementara itu dalam puasa kita dilatih untuk jujur tidak batal puasa meski orang lain tidak tahu.
 
"Engkau beribadah seolah-olah melihat Allah, dan jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Ia melihat dirimu."(HR. Imam Bukhari).
 
Karenanya, tidak ada satu pun peraturan yang bisa mencegah orang dari berbuat kejahatan kecuali peraturan yang benar-benar membuat orang yakin bahwa pengawasan dari Allah itu ada. Kalau orang berpikir bahwa ia bisa selamat dari hukuman di dunia, dari tudingan telunjuk orang-orang di dunia atas kesalahannya, ia lagi-lagi keliru. Karena Allah dan para malaikatNya senantiasa mengawasi kita. Gadis penjual susu dalam kisah di atas sudah melakukannya, sekarang giliran kita. Mau, kan? –

0 komentar:

Posting Komentar