Hari esok,
dalam pandangan siapapun, adalah waktu yang amat dekat, amat cepat kedatangan nya
tak lebih dari beberapa jam saja setelah hari ini, bagi anda yang hendak
melakukan perjalanan jauh esok hari, jika hanya hari ini waktu yang tersedia
untuk persiapan, belum tentu cukup seharian bagi anda mempersiapkan bekal untuk
perjalanan itu. Apalagi perjalanan itu dalam rangka bertemu dengan seseorang
yang selama ini anda hormati, anda agungkan sekaligus anda segani. Katakanlah
orang yang akan anda temui itu atasan anda di kantor, atau mungkin pejabat
tinggi di kota anda. Esok hari itu mereka akan menanyai ‘menginterogasi’
sekaligus meminta pertanggung jawaban amanah yang telah mereka berikan
kepada anda. Di hadapan mereka lah esok
hari nasib anda ditentukan; apakah berbuah manis dan membahagiakan atau justru
pahit dan menyakitkan, apakah mendapatkan penghargaan atau malah dipecat dari jabatan
dan pekerjaan. Menghadapi peristiwa penting dan menentukan itu esok hari, tentu
amatlah mendebarkan. Lebih mendebarkan lagi jika selama menjalankan amanah itu
anda merasa terlalu banyak melakukan kelalaian dan membuat kesalahan.
Katakanlah hari
esok anda akan menghadapi sidang ujian yang menentukan masa depan hidup
anda. kelulusan anda esok hari dalam
sidang ujian itu menentukan kesuksesan hidup anda selanjutnya, sebaliknya
kegagalan anda dalam ujian hari esok menjadikan anda pun gagal meraih
kesuksesan hidup berikutnya. Menghadapi peristiwa penting dan menentukan itu
esok hari tentulah amat mendebarkan, lebih mendebarkan lagi jika untuk
menghadapi sidang ujian hari esok itu anda kurang persiapan,karena waktu yang
anda miliki untuk prsiapan itu hanya hari ini.
Membicarakan esok hari, juga ihwal mempersiapkan bekal di
perjalanan, sekaligus menghadapi pertanggung jawaban atau ujian sidang seperti di atas
tentu menarik jika di kait kan dengan firman Allah yang artinya: “Hai
orang-orang yang beriman bertaqwa lah kalian kepada Allah dan hendaknya setiap
diri memperhatikan apa yang telah dia perbuat (sebagai bekal) untuk hari esok.
Bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah maha awas atas apa yang kalian lakukan”.(Qs. Al Hasyr:18)
Imam At
Thobari, Imam Al Alusi, Imam az Zamakhsyari, Imam Abu Saud dan para mufassir lainnya
dalam kitab tafsirnya masing -masing umumnya sepakat bahwa yang di maksud hari esok dalam ayat ini adalah
hari kiamat. (lihat antara lain Ath Thobari Jami Al Bayan fi ta
wil al Qur an XXXIII/297 )
Mengapa hari kiamat Allah istilahkan dengan hari esok? Tidak lain karena begitu dekatnya hari kiamat
itu sehingga laksana hari esok, dengan kata lain kehidupan dunia ibarat hari
ini sementara kehidupan akherat itu ibarat hari esok. (Al Alusi- Ruh al ma-ani
fi tafsir al Quran wa as-sab al matsani xx/439).
Bagaimana
membayangkan hari kiamat itu sebagai
peristiwa yang amat dekat laksana hari esok? Pasalnya kebanyakan manusia
seprtinya menganggap hari kiamat itu adalah peristiwa masa depan, peristiwa
yang masih jauh sekali dan masih sangat
lama entah kapan terjadanya oleh karena
itu kebanyakan manusia sering melupakan
kepastian kedatangan hari kiamat.
Buktinya hanya sedikit diantara manusia yang benar-benar mempersiapkan
diri menghadapi peristiwa maha penting ini. Peristiwa
yang justru paling menentukan dalam seluruh fase
kehidupan manusia sejak di alam ruh, alam rahim, alam dunia,
alam barzakh dan sudah tentu alam akherat. Pada fase inilah ujung dari segala,
pada fase ini pula akhir nasib manusia apakah selamat atau celaka apakah masuk
surga atau neraka apakah bakal mereguk kebahagiaan abadi atau kesengsaraan tiada henti,
karena itu sejatinya hari esok
(hari kiamat) itu adalah hari yang
paling mendebarkan bagi seorang
manusia selama hidupnya, anehnya perasaan demikian hanya dirasakan oleh
sedikit manusia, kebanyakan mereka seolah tenang-tenang saja tanpa
mempersiapkan diri. Mungkin karena sekali lagi tidak terbayangkan pada
kebanyakan manusia, bahwa dekatnya kedatangan hari kiamat itu seperti dekatnya kedatangan hari esok!!
Untuk membayangkan
betapa dekatnya hari kiamat ini sehingga
Allah menyebutnya dengan esok hari, mari kita merenung sejenak
ingatlah dan bayangkan kembali masa kecil anda saat usia TK, atau SD lengkap
dengan seluruh pengalaman manis atau pahit. Masih bias terbayang dengan jelas
di pelupuk mata anda bukan? Padahal saat ini usia anda mungkin ada yang 20
tahun, 30 tahun , 40 tahun atau mungkin
60 tahun. Sebagian mungkin sudah punya anak bahkan cucu. Namun saat
membayangkan masa kecil sepertinya masa itu baru kemarin anda alami artinya
usia 20, 30, 40, atau 60 bukanlah usia yang panjang rentang waktu tersebut
sesungguhnya amatlah pendek.
Tentu akan terasa
lebih pendek lagi jika usia kita hari ini kita bandingkan dengan jarak zaman baginda Rasulullah. Misalnya yang
memiliki rentang waktu lebih dari 14 abad yang lalu. Apalagi jika usia kita
rata-rata 60-70 tahun itu dibandingkan dengan rentang waktu penciptaan
adam.AS entah puluhan ribu atau bahkan
ratusan ribu tahun lalu bandingkan pula usia kita hari ini dengan usia jagat
raya yang menurut para ahli di ciptakan Allah milyaran tahun yang lalu. Andai
usia dunia yang milyaran tahun itu kita tarik garis lurus lalu kita bandingkan
dengan usia manusia yang hanya 60-70 tahun tentu saja usia manusia itu hanya setitik noktah yang
tidak kelihatan di banding panjangnya
garis mungkin milyaran kilometer, yang mencerminkan panjangnya usia
jagat raya ini. Dengan kata lain sesungguhnya betapa cepatnya usia manusia
hidup di dunia dibandingkan dengan usia jagat raya ini. Padahal usia mkilyaran
tahun jagat raya ini adalah singkat dimata Allah. Maka dari itu Allah menyebut
tibanya hari kiamat sebagai ujung dari kehidupan ini dengan istilah hari esok.
Bahkan karena
begitu amat cepat kedatangan hari kiamat itu Allah sampai berfirman (yang
artinya) :”Tidaklah (kedatangan) hari kiamat itu kecuali seperti kedipan mata atau lebih cepat dari itu (Qs:
An Nahl [16]:[77].
Jadi apakah kita menganggap bahwa usia jagat raya ini masih
amat panjang ; kedatangan hari kiamat itu masih sangat jauh; dan didunia ini
hidup masih cukup lama?
Baiklah jika anggapan dan pandangan kita masih seperti itu.
Lalu bagaimana dengan kematian kita yang amat rahasia. Bukankah itu bisa
terjadi kapan saja, termasuk esok hari?!.Sudahkah kita mempersiapkan diri?!.
0 komentar:
Posting Komentar