Demokrasi yang sejatinya adalah kedaulatan di tangan rakyat,
dimana rakyat (manusia) boleh membuat hukum. Faktanya, banyak kaum
muslimin yang mengemban sistem kufur ini. Tidak sedikit dari mereka
berdalih ingin memperjuangkan hukum-hukum Allah melalui sistem ini.
Namun pada prakteknya mereka tidak bisa. Dengan alasan jumlah suara
mereka masih sedikit, mereka hasilkan hukum-hukum yang bertentangan
dengan hukum-hukum Allah. Padahal yang mereka lakukan adalah
memusyawarahkan hukum-hukum Allah yang bersifat qath’i (pasti), yang
mana Rasulullah tidak pernah melakukan hal ini (memusyawarahkan
hukum-hukum Allah yang bersifat qath’i). Mereka tidak menggunakan mata
dan pendengaran mereka untuk memahami hukum-hukum Allah. Dalam hal ini,
Islam memberikan cap bagi mereka sebagai orang-orang bodoh dan seperti
hewan ternak.
Pengemban sistem kufur adalah orang-orang bodoh
سنن ابن ماجه – juz 12/ 44
4026 – حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
4026 – حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
“ Dari Abu Hurairah ra, : Rasulullah saw bersabda : “ akan datang di
tengah2 masyarakat tahun tahun, penipu dibenarkan, orang jujur
didustakan, pengkhianat diberi amanah, orang yg amanah dikhianati, dan
pada masa itu orang ruwaibidhoh berbicara, ditanyakan: ” apa itu
ruwaibidhoh ? Bersabda Nabi saw : ” laki laki bodoh (berfikiran sempit,
rendahan) mengurusi urusan umum. (menjadi penguasa).
مسند أحمد – (ج 28 / ص
468)
13919 – حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنِ ابْنِ خُثَيْمٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِكَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ أَعَاذَكَ اللَّهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ قَالَ وَمَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ قَالَ أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِي لَا يَقْتَدُونَ بِهَدْيِي وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُمْ وَلَا يَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ وَسَيَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي
13919 – حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنِ ابْنِ خُثَيْمٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِكَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ أَعَاذَكَ اللَّهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ قَالَ وَمَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ قَالَ أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِي لَا يَقْتَدُونَ بِهَدْيِي وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُمْ وَلَا يَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ وَسَيَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي
Sesungguhnya Nabi Saw berkata kepada Ka’ab bin ‘Ujrah :” Aku mohon
perlindungan kepada Allah untukmu (Ka’ab ibn ’Ujrah) dari imaratus
sufahaa, Ka’ab bin ’Ujrah bertanya: ” Siapakah imarotus sufahaa (para
pemimpin yang bodoh) itu yaa Rasulullah ?
Rasul saw menjawab : ” Para pemimpin yang datang sesudahku,.. mereka tidak memimpin/ menuntun rakyatnya dengan petunjuk-ku, laa yastannuuna–tidak menerapkan aturan(system) dengan sunnah sunnah-ku,
Rasul saw menjawab : ” Para pemimpin yang datang sesudahku,.. mereka tidak memimpin/ menuntun rakyatnya dengan petunjuk-ku, laa yastannuuna–tidak menerapkan aturan(system) dengan sunnah sunnah-ku,
Maka siapa saja yang membenarkan dusta dusta pemimpin seperti itu, dan
membantu ke-dzoliman mereka, maka mereka (umat seperti itu) bukan
golongan-ku dan akupun bukan bagian dari mereka, dan mereka tidak akan
bersamaku masuk surga Haudhiy (Nahru al-Kautsar / telaga al-Kautsar)
Namun siapa saja yang tidak membenarkan atas dustanya dan tidak membantu atas kedzolimanya, maka mereka itu adalah golongan-ku dan aku-pun bagian dari mereka, dan mereka akan bersamaku memasuki telaga Haudhiy (telaga al-Kautsar).
Namun siapa saja yang tidak membenarkan atas dustanya dan tidak membantu atas kedzolimanya, maka mereka itu adalah golongan-ku dan aku-pun bagian dari mereka, dan mereka akan bersamaku memasuki telaga Haudhiy (telaga al-Kautsar).
Laksana hewan
Allah swt. berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 179 :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلإِنْسِ
لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ
يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَآ أُوْلَـٰئِكَ
كَٱلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـٰئِكَ هُمُ ٱلْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.
Imam al-Hafidzh ibnu Abdil Bar berkata : “Sungguh ada orang-orang
yang sikap dan perilakunya menyerupai hewan peliharaan. Sebagaimana
manusia, hewan memiliki pendengaran dan penglihatan. Dia cekatan dan
tanggap atas setiap musibah yang akan menimpa hartanya dan jabatannya.
Dan jika musibah itu menimpa agamanya, ia tidak menyadarinya. (Majaalis
wa unsu majalis, juz 1/169)
CELAKALAH ORANG-ORANG YANG MEMBENARKAN DAN MENGIKUTINYA.
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar