Bagi umat Kristen, Natal 25 Desember adalah hari besar yang
dirayakan dengan sepenuh suka cita dan kemeriahan. Hari ini diyakini
sebagai peristiwa kelahiran Yesus Kristus ke dunia (Dies Natalis of Jesus Christ).
Peringatan ini menjadi penting, karena mereka meyakini Yesus sebagai
tuhan dan juru selamat. Dengan kata lain, perayaan Natal bagi umat
kristiani adalah memperingati hari ulang tahun kelahiran tuhan.
Mengapa mereka merayakan hari ulang tahun kelahiran Yesus tanggal 25
Desember? Apakah Yesus benar-benar lahir tanggal 25 Desember?
Sebenarnya, semua teologi Kristen sepakat bahwa Yesus tidak lahir
pada tanggal 25 Desember. Meski demikian, para teologi berselisih
pendapat mengenai tanggal lahir Yesus.
1. Yesus lahir tanggal 14 Maret SM?
Ralph O. Muncaster, pendeta gereja Saddleback dalam bukunya ‘What Really Happened Charistmas Morning’
menolak pendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 1 Masehi dengan merujuk
kepada pendapat para ahli lainnya. Menurut Josephus (sejarawan Yahudi),
Yesus lahir pada tanggal 14 Maret tahun 4 Sebelum Masehi. Berdasarkan
observasi astronomis Johannes Kepler, Yesus lahir tahun 7 Sebelum
Masehi. Sedangkan Tertulian, Irenaeus, Eusebius (bapak gereja)
berpendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 2 Sebelum Masehi.
2. Yesus Lahir Bulan April atau November?
Dr. J.L. Ch. Abineno menjelaskan bahwa Yesus mustahil lahir 25
Desember. Menurutnya, Yesus lahir pada bulan Maret, April atau
November.
“Gereja-gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan
ini baru dimulai dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak mengenal
perayaan Natal. Terutama karena gereja tidak tahu dengan pasti kapan
–pada hari dan tahun keberapa– Yesus dilahirkan. Kitab-kitab Injil
tidak memuat data-data tentang hal itu. Dalam Lukas pasal 2 dikatakan
bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, gembala-gembala sedang berada di
padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (ayat 8). Itu
berarti, bahwa Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan bulan
November” (Buku Katekisasi Perjanjian Baru, hal. 14).
3. Yesus Lahir Bulan September?
Pendeta Benyamin Obadyah, alumnus Jerusalem Center, Yerusalem, mengutip pendapat R.A. Honorof dalam bukunya The Return of the Messiah
(1997), menyatakan bahwa Yesus lahir pada bulan September. Benyamin
menulis: “Meskipun menurut Alkitab Yesus dikandung Maria dari karunia
Allah (Lukas 1:35), tapi ia dikandung secara normal selama 40 minggu
atau 9,5 bulan. Ini berarti, Yesus dilahirkan pada akhir bulan
September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan Hari
Raya Tabernakel… Hari raya ini jatuh setiap tanggal 15 bulan Tishri
menurut kalendar Yahudi. Menurut kalendar internasional (Gregorian),
tahun 1999 tanggal 15 Tishri bertepatan dengan tanggal 25 September.
Jadi, umat Kristen yang memperingati Natal 25 Desember terlambat selama
tiga bulan.”
4. Yesus Lahir Bulan Januari?
Ephiphanius dan Gereja Orthodox Timur memperingati Natal tanggal 6
Januari, lalu Gereja Katolik Ortodoks memperingati Natal tanggal 7
Januari, sedangkan Gereja Armenian memperingati Natal tanggal19
Januari.
Dari berbagai versi tanggal Natalan tersebut, tak satupun yang bisa dipercaya. Tabloid Victorius
edisi Natal pernah mengungkapkan keheranannya tentang Natal yang
misterius: “Entah kapan dan siapa tokoh pencetus hari Natal, hingga
sekarang masih dicermati. Dan apa benar tanggal 25 Desember itu adalah
hari kelahiran Yesus Kristus? Hal ini masih misterius”.
Karena kesimpangsiuran tanggal kelahiran Yesus itulah, seorang muallaf Wencelclaus Insan Mokoginta berani membuat sayembara terbuka berhadiah mobil BMW. “Jika
ada yang bisa menunjukkan dalil dalam Alkitab bahwa Yesus lahir pada
tanggal 25 Desember dan perintah untuk merayakannya, kami sediakan
hadiah mobil BMW dan uang tunai 10 juta rupiah,” tulis Wencelclaus dalam buku Mustahil Kristen Bisa Menjawab.
Mengapa Natalan tanggal 25 Desember?
Gereja-gereja Barat merayakan Natal tiap tanggal 25 Desember karena
mendapat pengaruh dari Roma. Setelah melalui perjalanan yang panjang,
akhirnya sebagian besar gereja di dunia mengikuti tradisi Roma.
Mengapa 25 Desember? Latar belakang perayaan Natal berasal dari
kebudayaan bangsa Romawi. Tanggal 25 Desember dipilih sebagai hari
Natal Yesus semata-mata mengadopsi tradisi pagan, untuk menyesuaikan
dengan hari perayaan penyembahan berhala yang populer pada saat itu.
Sebab 25 Desember adalah Natal dua dewa terkemuka pada masa purba,
yaitu perayaan kelahiran Dewa Matahari bangsa Roma yang dikenal dengan
perayaan Solis Invictus (matahari yang tak terkalahkan) dan Dewa
Mithras (dewa matahari kebenaran dan kebijakan). Perayaan ini sangat
berpengaruh dalam kebudayaan dan keagamaan di kekaisaran Romawi, sejak
abad ke-10 hingga 7 sebelum Yesus lahir (Sebelum Masehi).
Perayaan Roman Saturnalia, suatu perayaan untuk menghormati
Saturnus, Dewa Pertanian dan Pembaruan Kuasa Matahari, juga berlangsung
pada tanggal 25 Desember.
Sejak abad ke-4 Masehi, Gereja Katolik mencaplok 25 Desember sebagai
Natal Yesus Kristus untuk menggeser pesta kafir tentang perayaan
kelahiran dewa, diganti sebagai natal Yesus sang pembawa terang. Dengan
inkulturasi seperti ini, mereka berharap agar para paganis dengan
mudah beralih menjadi penganut Kristen. Makanya, beberapa kebiasaan
yang terdapat pada perayaan Natal, diperkirakan berakar dari perayaan
penyembahan berhala-berhala ini.
Kaisar Constantin Agung berusaha mempersatukan berbagai golongan dan
agama guna keseimbangan politis dan agamawi di kekaisarannya. Maka
diperkenalkanlah tadisi Natal pertama kali di Roma tanggal 25 Desember
336 yang menggabungkan tradisi penyembahan matahari dalam Mithraisme
dengan tradisi perayaan kelahiran Yesus dalam Kristen. Sejak saat
itulah 25 Desember diadopsi perlahan-lahan untuk merayakan Natal
kelahiran Yesus. Otomatis, latar belakang Mithraisme pada perayaan Sol
Invictus masih melekat. Misalnya, matahari yang disembah dalam perayaan
Sol Invictus, diganti dengan simbol bahwa Yesus adalah Sang Matahari
Kebenaran Penerangi Dunia.
Untuk menampik tudingan perayaan tradisi kafir, biasanya para
penginjil berkilah, “Kalau kini Natal dirayakan sepenuhnya untuk
kepentingan rohani dan setiap orang Kristen dapat bertumbuh dewasa
karenanya, maka kaitannya dengan sejarah agama purba itu tentu saja
bisa diabaikan” (Majalah Kristen Rajawali edisi Desember Th. XII no. 12 hlm. 16).
Alasan ini sudah tidak relevan. Jauh-jauh hari Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat, telah membantahnya dengan mengutip Catholic Encyclopedia:
“Sinners alone, not saints, celebrate their birthday.” Hanya orang
kafir, bukan orang-orang suci, yang merayakan hari ulang tahun mereka!!
0 komentar:
Posting Komentar