Rabu, 09 Oktober 2013 | By: Tuxedo Kamen

Kisah Sholahuddin Al Ayyubi Part 1



Shalahuddin Al Ayyubi atau juga dipanggil Saladin atau Salah ad-Din (Dalam Bahasa Arab: صلاح الدين الأيوبي, dalam bahasa Kurdi: صلاح الدین ایوبی) (Sholahhuuddin al ayyubi) (c. 1138 - 4 Maret 1193) adalah seorang jendral dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). 

Beliau mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr. Shalahuddin Al Ayyubi terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinannya, kekuatan militer, sifat-sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. 


Sultan Shalahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Ia memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud.


Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M) Jerussalam dapat dikuasai oleh kaum muslimin dalam suatu penyerahan kuasa secara damai. Sayidina Umar sendiri datang ke Jerussalem untuk menerima penyerahan kota Suci itu atas desakan dan persetujuan Uskup Agung Sophronius.

Berabad abad lamanya kota itu berada di bawah kepengurusan Islam, tapi penduduknya bebas memeluk agama dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing tanpa ada gangguan. Orang-orang Kristian dari seluruh dunia juga bebas datang untuk mengerjakan haji di kota Suci itu dan mengerjakan upacara keagamaannya.

Orang-orang Kristian dari Eropa datang mengerjakan haji dalam jumlah rombongan yang besar dengan membawa obor dan pedang seperti tentara. Sebagian dari mereka mempermainkan pedang dengan dikelilingi pasukan gendang dan seruling dan diiringi pula oleh pasukan bersenjata lengkap.

Sebelum Jerussalem dibawah kepengurusan Kerajaan Seljuk pada tahun 1070, upacara seperti itu dibiarkan saja oleh umat Islam, karena dasar toleransi agama. Setelah Kerajaan Seljuk memerintah, upacara seperti itu dilarang dengan alasan keselamatan. Mungkin karena upacara tersebut semakin berbahaya. Lebih-lebih lagi kumpulan-kumpulan yang mengambil bagian dalam upacara itu sering menyebabkan kegaduhan dan huru-hara. 

Disebutkan bahwa pada tahun 1064 ketua Uskup memimpin pasukan sebanyak 7000 orang jemaah haji yang terdiri dari kumpulan Baron-baron dan para pahlawan telah menyerang orang-orang Arab dan orang-orang Turki.

Tindakan Seljuk itu menjadi salah anggapan oleh orang-orang Eropa. Pemimpin-pemimpin agama mereka menganggap bahwa kebebasan agamanya diganggu oleh orang-orang Islam dan menyeru agar Tanah Suci itu dibebaskan dari genggaman umat Islam. 

Patriach Ermite (Peter The Hermit) adalah salah seorang paderi yang paling lantang membangkitkan kemarahan umat Kristian. Dalam usahanya untuk menarik simpati umat Kristian, Ermite telah berkeliling Eropa dengan mengendarai seekor keledai sambil memikul kayu Salib besar, berkaki ayam dan berpakaian compang camping. Dia berpidato di hadapan khalayak ramai, di dalam gereja, di jalan-jalan raya atau di pasar-pasar. 



Katanya, dia melihat penghinaan kesucian ke atas kubur Nabi Isa oleh Kerajaan Turki Seljuk. Diceritakan bahwa jemaah haji Kristian telah dihina, dizalimi dan dinista oleh orang-orang Islam di Jerussalem. Bersamaan dengan itu, dia menghasut orang ramai agar bangkit untuk berperang demi membebaskan Jerussalem dari tangan orang Islam dan hasutan Ermite berhasil.

Keluarlah fatwa Paus Urbanus II (Pope Urban 2) yang mengumumkan ampunan seluruh dosa bagi yang bersedia dengan suka rela mengikuti Perang Suci itu, sekalipun sebelumnya dia merupakan seorang perompak, pembunuh, pencuri dan sebagainya.


Maka keluarlah ribuan umat Kristian untuk mengikuti perang dengan memikul senjata untuk ikut perang Suci. Mereka yang ingin mengikuti perang ini diperintahkan agar meletakkan tanda Salib di badannya, oleh karena itulah perang ini disebut Perang Salib.

Paus Urbanus menetapkan 15 agustus 1095 bagi pemberangkatan tentara Salib menuju Timur Tengah, tapi kalangan awam sudah tidak sabar menunggu lebih lama lagi setelah dijanjikan dengan berbagai kebebasan, kemewahan dan berlimpahnya makanan. 

Mereka mendesak Paderi Patriach Ermite agar berangkat memimpin mereka. Maka Ermite pun berangkat dengan 60,000 orang pasukan, kemudian disusul oleh kaum tani dari Jerman seramai 20.000, datang lagi 200,000 orang menjadikan jumlah keseluruhannya 300,000 orang lelaki dan perempuan. Sepanjang perjalanan, mereka di izinkan merompak, memperkosa, berzina dan mabuk-mabuk. Setiap penduduk negeri yang dilaluinya, selalu mengalu-alukan dan memberikan bantuan seperlunya.

Akan tetapi sesampainya di Hongaria dan Bulgaria, sambutan sangat dingin, menyebabkan pasukan Salib yang sudah kekurangan makanan ini marah dan merampas harta benda penduduk. Penduduk di dua negeri ini tidak tinggal diam. Walau pun mereka sama-sama beragama Kristian, mereka tidak senang dan menuntut balas. 

Terjadilah pertempuran sengit dan pembunuhan yang mengerikan. Dari 300,000 orang pasukan Salib itu hanya 7000 saja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia di bawah pimpinan sang Rahib.


Ketika pasukan Salib itu telah mendarat di pantai Asia kecil, pasukan kaum Muslimin yang di pimpin oleh Sultan Kalij Arselan telah menyambutnya dengan ayunan pedang. Maka terjadilah pertempuran sengit antara kaum Salib dengan pasukan Islam yang berakhir dengan hancur binasanya seluruh pasukan Salib itu.

Setelah kaum itu musnah sama sekali, muncullah pasukan Salib yang dipimpin oleh anak-anak Raja Godfrey dari Lorraine Perancis, Bohemund dari Normandy dan Raymond dari Toulouse. Mereka berkumpul di Konstantinopel dengan kekuatan 150,000 laskar, kemudian menyeberang selat Bosfur dan menyerbu Islam bagaikan air bah. Pasukan kaum Muslimin yang hanya berkekuatan 50,000 orang bertahan mati-matian di bawah pimpinan Sultan Kalij Arselan.

Satu persatu kota dan Benteng kaum Muslimin jatuh ke tangan kaum Salib, memaksa Kalij Arselan berundur dari satu benteng ke benteng yang lain sambil menyusun kekuatan dan taktik baru. Bala bantuan kaum Salib datang bergelombang-gelombang dari negara-negara Eropa. Sedangkan Kalij Arselan tidak dapat mengharapkan bantuan dari wilayah-wilayah Islam yang lain, karena mereka sibuk dengan kemelut dalam negeri masing-masing.

(Bersambung ke Part 2)

0 komentar:

Posting Komentar