Aqidah
Islamiyah
Aqidah berasal dari kata Aqoda’
yang secara bahasa berarti ikatan, tali simpul dan segala sesuatu yang
mengikat. Secara istilah aqidah memiliki arti, sebuah pemikiran menyeluruh
tentang alam semesta, manusia, dunia dan hubungan ketiganya dengan apa-apa yang
ada sebelum dan sesudah dunia.
Dengan begitu, aqidah Islam
haruslah ditempuh dengan proses berpikir yang mendalam, sebab hal ini terkait
dengan keimanan seorang muslim. Jika seorang muslim hanya sekedar percaya
kepada Tuhan tapi tidak dengan proses berpikir, maka tentu bisa dipastikan ia
hanya memahami bahwa jika Islam hanya sebatas agama ritual.
Sebagaimana makna bahasa bahwa
Aqidah berarti sesuatu yang mengikat, hal ini juga berarti bahwa aqidah Islam
bersifat mengikat, baik dari segi ibadah ritual ataupun ibadah-ibadah yang
lain. Semuanya bersifat mengikat.
Kita tentu tidak bisa memisahkan
antara perintah sholat dan zakat, sebab hal tersebut merupakan sebuah kesatuan
yang tidak bisa dilepaskan. Jika satu saja dilepaskan, maka akibatnya, sholat
yang dilakukan hanya sebatas gerak tanpa makna.
Ajaran Islam adalah ajaran yang
menyeluruh, kita tidak bisa melepaskan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana
jika satu tubuh diamputansi maka akan pincang, begitu pun dengan Islam.
Imam Syafi’i berkata, “Ketahuilah
bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil
untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala...” (fikhul Akbar, Imam Syafi’ie)
Artinya apa? Seorang muslim yang
telah mencapai usia baligh haruslah berpikir tentang Allah, bukan Dzat-Nya tapi
keberadaan-Nya. Sebagaimana seorang Arab Badui yang ditanya, “dengan apa kamu
mengenal Rabb mu?” lalu Arab Badui itu menjawab, “tahi onta itu menunjukkan
adanya onta dan bekas tapak kaki menunjukkan adanya orang yang berjalan...”
Apa yang harus dipikirkan?
Sebagaimana makna istilah dari aqidah itu sendiri bahwa aqidah adalah sebuah
pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dunia dan hubungan
ketiganya dengan apa-apa yang ada sebelum dan sesudah dunia.
Untuk mendapatkan pemikiran
menyeluruh tersebut, seorang Muslim harus dapat menjawab 3 pertanyaan dasar
(Uqdatul Qubro) yaitu :
- Darimana
ia berasal?
- Mau
apa ia didunia?
- Setelah
dunia ini akan kemana?
Dengan menjawab ketiga pertanyaan
mendasar itu, maka jelas tujuan hidup ini. Ketika seorang muslim telah dapat
menjawab 3 pertanyaan tersebut maka hidupnya sudah terarah dan terprogram, ia
sudah tahu hendak kemana dirinya.
Pemikiran menyeluruh seperti apa
yang dapat membangkitkan seorang muslim? Ketika ia melihat fakta bahwa ia hidup
dialam dunia, ia sudah harus berpikir tentang pertanyaan yang pertama, darimana
ia berasal?
Jawabannya adalah dari Allah SWT,
hal terkait ini dengan pemikiran tentang alam semesta dengan sebelum dunia.
Bahwa sebelum dunia ini, ada sesuatu yang menciptakan dunia ini yaitu Allah
SWT.
Ketika ia telah yakin bahwa yang
menciptakan dunia ini adalah Allah SWT maka ia berlanjut pada pertanyaan yang
kedua, mau apa ia didunia?
Hal ini terkait dengan pemikiran
tentang manusia dan dunia, ia tentu tidak mengetahui, untuk apa ia didunia?
Jika dikaitkan dengan pertanyaan sebelumnya bahwa ia berasal dari Allah SWT,
tentu ia harus mengembalikan itu kepada Allah.
Ia harus bertanya kepada-Nya, “Ya
Rabb sebenarnya untuk apa saya ada didunia ini?” dan Allah pun telah memberikan
jawaban dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat 56 :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Allah SWT dengan gamblang dan
jelas mengatakan bahwa manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah
SWT. Dengan begitu, kewajiban manusia adalah untuk mengabdi pada-Nya dengan
cara menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya tanpa
kecuali dan pilih-pilih.
Dikaitkan dengan pertanyaan
ketiga, mau kemana setelah dunia ini? Tentu hal ini terkait juga dengan
hubungan (keterkaitan) dengan setelah dunia. Jika diawal telah disebutkan bahwa
sebelum dunia ini ada Allah SWT yang menciptakan segala sesuatunya, tentu
setelah dunia ini semua akan kembali kepada Allah SWT.
Sebab segala sesuatu akan kembali
kepada awal sesuatu itu diciptakan. Oleh sebab itu, kita pun akan kembali
kepada yang menciptakan kita semua yaitu Allah SWT. Untuk apa?
Untuk
mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang telah kita lakukan selama hidup
didunia ini. Apakah kita telah mengikuti perintah Allah untuk hanya mengabdi
kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Adz-Dzariyat 56 tersebut diatas?
Ataukah kita justru membangkang pada-Nya?
Wallahu ‘Alam bis Ash Showwab
0 komentar:
Posting Komentar