Jumat, 18 Januari 2013 | By: Tuxedo Kamen


Aqidah Islamiyah

Aqidah berasal dari kata Aqoda’ yang secara bahasa berarti ikatan, tali simpul dan segala sesuatu yang mengikat. Secara istilah aqidah memiliki arti, sebuah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dunia dan hubungan ketiganya dengan apa-apa yang ada sebelum dan sesudah dunia.

Dengan begitu, aqidah Islam haruslah ditempuh dengan proses berpikir yang mendalam, sebab hal ini terkait dengan keimanan seorang muslim. Jika seorang muslim hanya sekedar percaya kepada Tuhan tapi tidak dengan proses berpikir, maka tentu bisa dipastikan ia hanya memahami bahwa jika Islam hanya sebatas agama ritual.
Sebagaimana makna bahasa bahwa Aqidah berarti sesuatu yang mengikat, hal ini juga berarti bahwa aqidah Islam bersifat mengikat, baik dari segi ibadah ritual ataupun ibadah-ibadah yang lain. Semuanya bersifat mengikat.



Kita tentu tidak bisa memisahkan antara perintah sholat dan zakat, sebab hal tersebut merupakan sebuah kesatuan yang tidak bisa dilepaskan. Jika satu saja dilepaskan, maka akibatnya, sholat yang dilakukan hanya sebatas gerak tanpa makna.
Ajaran Islam adalah ajaran yang menyeluruh, kita tidak bisa melepaskan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana jika satu tubuh diamputansi maka akan pincang, begitu pun dengan Islam.

Imam Syafi’i berkata, “Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala...” (fikhul Akbar, Imam Syafi’ie)

Artinya apa? Seorang muslim yang telah mencapai usia baligh haruslah berpikir tentang Allah, bukan Dzat-Nya tapi keberadaan-Nya. Sebagaimana seorang Arab Badui yang ditanya, “dengan apa kamu mengenal Rabb mu?” lalu Arab Badui itu menjawab, “tahi onta itu menunjukkan adanya onta dan bekas tapak kaki menunjukkan adanya orang yang berjalan...”

Apa yang harus dipikirkan? Sebagaimana makna istilah dari aqidah itu sendiri bahwa aqidah adalah sebuah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dunia dan hubungan ketiganya dengan apa-apa yang ada sebelum dan sesudah dunia.
Untuk mendapatkan pemikiran menyeluruh tersebut, seorang Muslim harus dapat menjawab 3 pertanyaan dasar (Uqdatul Qubro) yaitu :

  1. Darimana ia berasal?
  2. Mau apa ia didunia?
  3. Setelah dunia ini akan kemana?
Dengan menjawab ketiga pertanyaan mendasar itu, maka jelas tujuan hidup ini. Ketika seorang muslim telah dapat menjawab 3 pertanyaan tersebut maka hidupnya sudah terarah dan terprogram, ia sudah tahu hendak kemana dirinya.
Pemikiran menyeluruh seperti apa yang dapat membangkitkan seorang muslim? Ketika ia melihat fakta bahwa ia hidup dialam dunia, ia sudah harus berpikir tentang pertanyaan yang pertama, darimana ia berasal?

Jawabannya adalah dari Allah SWT, hal terkait ini dengan pemikiran tentang alam semesta dengan sebelum dunia. Bahwa sebelum dunia ini, ada sesuatu yang menciptakan dunia ini yaitu Allah SWT.

Ketika ia telah yakin bahwa yang menciptakan dunia ini adalah Allah SWT maka ia berlanjut pada pertanyaan yang kedua, mau apa ia didunia?

Hal ini terkait dengan pemikiran tentang manusia dan dunia, ia tentu tidak mengetahui, untuk apa ia didunia? Jika dikaitkan dengan pertanyaan sebelumnya bahwa ia berasal dari Allah SWT, tentu ia harus mengembalikan itu kepada Allah.
Ia harus bertanya kepada-Nya, “Ya Rabb sebenarnya untuk apa saya ada didunia ini?” dan Allah pun telah memberikan jawaban dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat 56 :


Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia  melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Allah SWT dengan gamblang dan jelas mengatakan bahwa manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Dengan begitu, kewajiban manusia adalah untuk mengabdi pada-Nya dengan cara menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya tanpa kecuali dan pilih-pilih.

Dikaitkan dengan pertanyaan ketiga, mau kemana setelah dunia ini? Tentu hal ini terkait juga dengan hubungan (keterkaitan) dengan setelah dunia. Jika diawal telah disebutkan bahwa sebelum dunia ini ada Allah SWT yang menciptakan segala sesuatunya, tentu setelah dunia ini semua akan kembali kepada Allah SWT.
Sebab segala sesuatu akan kembali kepada awal sesuatu itu diciptakan. Oleh sebab itu, kita pun akan kembali kepada yang menciptakan kita semua yaitu Allah SWT. Untuk apa? 

Untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang telah kita lakukan selama hidup didunia ini. Apakah kita telah mengikuti perintah Allah untuk hanya mengabdi kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Adz-Dzariyat 56 tersebut diatas? Ataukah kita justru membangkang pada-Nya?

Wallahu ‘Alam bis Ash Showwab

0 komentar:

Posting Komentar