Selasa, 22 Januari 2013 | By: Tuxedo Kamen

Mengurai Tiga Simpul Besar (Uqdatul Qubro) Jilid 2

Bismillah...
Sesuai janji saya pada tulisan sebelumnya Mengurai Tiga Simpul Besar (Uqdatul Qubro) Jilid 1 maka ini adalah lanjutannya, dan saya menulis ini ba'da subuh ditemani kicauan burung dan suara-suara pagi. Semoga dapat bermanfaat.

2. Apa Yang Harus dikerjakan Manusia di Dunia?
Ketika seseorang telah mengetahui dan memahami tentang asal-usul dirinya, maka dapat dipastikan orang tersebut telah mengetahui tujuan dari hidupnya. Terlepas dari benar atau salah dari pemahaman sebelumnya. Hal ini dikarenakan orang tersebut telah berhasil memecahkan satu pertanyaan besar yang membuat dirinya sadar, akan eksistensi dirinya didunia ini.

Perlu dipahami juga, bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang tidak terlepas dari pemahamannya tentang asal-usulnya tersebut. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa pemahaman lah yang membuat seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat. Sebagai contoh, orang yang memahami bahwa ia berasal dari materi, maka ia akan bertingkah laku dan berbuat segala sesuatu berdasarkan kepada materi semata. Materi menjadi tolok ukur segala perbuatan, tingkah laku dan cara pandangnya terhadap sesuatu.

Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada orang-orang yang memiliki pemahaman atheis atau komunis. Mengapa hal ini dapat terjadi? Jawabannya adalah karena ia memiliki pemahaman bahwa ia berasal dari materi.
Segala hal akan dilakukan demi tercapainya kepuasan materi, dan ia tidak ingin terikat oleh segala macam aturan yang mengekang keinginannya untuk mendapatkan materi. Justru ia akan membuat aturan-aturan yang menunjang keinginannya tersebut. Dengan kata lain, ia membuat aturan-aturan dan hukum-hukum untuk mendapatkan kepuasan materi dan menjaga agar materi tersebut tidak berkurang dan tidak ada yang mengambilnya.

Berbeda dengan orang yang memiliki pemahaman Islam, ia tentu akan memahami dengan pasti bahwa ia berada didunia ini hanya untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an surat Adz Dzariyat : 56

 
Artinya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. 51 : 56)

Dengan begitu, ia akan menjalani kehidupan ini dengan berpedoman kepada apa yang telah ditentukan oleh Allah. Ia tidak akan pernah ingin mengambil sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan-Nya.
Ia tidak akan berani untuk melanggar perintah-Nya sebab ia merupakan makhluk ciptaan yang tidak berguna tanpa sang Pencipta. Telah dijelaskan pada bab sebelumnya juga, bahwa manusia adalah makhluk yang bersifat terbatas dalam segala hal.

Akal yang diciptakan oleh Allah pun ternyata bersifat terbatas, ia hanya dapat menjangkau hal-hal yang dapat diinderanya. Akal manusia tidak akan dapat menjangkau hal-hal yang berada diluar jangkauannya, seperti Dzat Allah, duduknya Allah diatas Arsy’. Dengan kata lain, akal tidak dapat menjangkau hal-hal yang sifatnya ghaib dan tidak terindera.
 
Ketika manusia memahami bahwa akal itu bersifat terbatas, maka ia tidak akan pernah mencoba-coba untuk mengambil sesuatu yang berada diluar jangkauan akalnya. Manusia tidak akan pernah mencoba-coba untuk membuat sebuah aturan atau hukum yang sempurna dan dianggap dapat mengatur sistem kehidupan manusia seluruhnya.

Akal manusia akan tunduk kepada apa yang telah diwahyukan oleh Allah dalam Al Qur’an yang telah dibawa oleh manusia agung Rasulullah Muhammad SAW. Apa yang diketahui manusia pertama kali hingga sekarang adalah karenanya adanya informasi sebelumnya (ma’lumat sabiqoh). Dengan kata lain, ada sesuatu yang telah memberi tahu manusia tentang segala sesuatu, yang kemudian sesuatu tersebut disampaikan kembali kepada manusia lain dan begitu seterusnya.

Seseorang dapat menggunakan akalnya untuk berpikir disebabkan adanya empat hal yaitu, fakta, otak yang normal, panca indera, dan informasi sebelumnya (ma’lumat sabiqoh). Dengan adanya empat hal ini maka akal manusia dapat berjalan dengan normal, jika salah satu saja hilang maka manusia tidak akan dapat menggunakan akalnya untuk berpikir.

Manusia yang telah memahami hal tersebut, tentu akan menjalani hidup sesuai dengan  apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadanya. Berdasarkan pada ayat Al Qur’an diatas, Allah telah memberitahukan kepada manusia (ma’lumat sabiqoh) bahwa tugas manusia hanya untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya tanpa kecuali dan pilih-pilih.

Imam Syafii berkata : “Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf (baligh) adalah berfikir dan mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Arti berfikir adalah melakukan penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang yang berfikir tersebut dituntut untuk ma’rifat kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepada ma’rifat terhadap hal-hal ghaib dari pengamatannya dengan indera dan ini merupakan suatu keharusan. Hal ini merupakan suatu kewajiban dalam bidang usluhuddin”. (Fikhul Akbar : Imam Syafi’i)

Dengan begitu jelaslah bahwa Islam sangat mendorong ummatnya agar selalu berpikir dan tidak menjadi seorang yang buta ilmu. Sebab dengan melalui proses berpikir lah keimanan tersebut dapat diraih. Seorang tidak akan mungkin dapat mencapai keimanan yang benar tanpa berpikir tentang eksistensi Allah, sebagaimana telah dijelaskan diatas.

Dengan berpikir seorang muslim akan mampu mengetahui dengan jelas tentang tugas dan kewajibannya diatas bumi ini. Ia akan mampu menjalani kehidupan dialam dunia ini tanpa rasa pesimis, bahkan sebaliknya ia akan sangat optimis. Hal ini dikarenakan ia telah mengetahui akan tujuan hidup dan keinginannya di dunia ini.

Berbeda dengan paham yang telah memandulkan Tuhan dalam hal eksistensi ataupun kekuasaan-Nya. Orang yang memiliki pemahaman seperti ini, akan lebih cepat pesimis dan frustasi dan ia pun dalam menjalani proses kehidupan jika terbentur oleh sebuah masalah yang berat, dengan mudah ia akan putus asa hingga bunuh diri.

Hal ini dikarenakan ia tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya, cara pandang yang keliru dalam menjalani kehidupan tentu akan berakibat keliru dalam menjalani kehidupan. Jika ia sukses dalam hidup tersebut maka sesungguhnya hal tersebut bersifat temporal dan semu. Bahkan ia berada dalam putaran roda yang terus berputar tanpa henti dan akhir, hidupnya dipenuhi dengan kesibukan yang hingga akhirnya ia akan jatuh dan susah untuk bangun lagi.

Banyak sekali contoh didepan mata kita semua, bagaimana orang dengan sangat mudah untuk bunuh diri setelah mencapai kesuksesan dunia. Kehidupan dunia yang ia cari dengan susah payah, justru membuatnya ia lelah dan tidak bahagia. Hal ini disebabkan mereka tidak mengetahui dengan jelas apa tujuan hidupnya dialam dunia ini.

Ketika seorang telah mengetahui dan memahami tentang asal-usul dirinya dan tujuan hidupnya, maka akan muncul pertanyaan yang sama pentingnya yaitu, akan kemana manusia setelah meninggalkan dunia?

Bersambung ke pertanyaan ketiga

0 komentar:

Posting Komentar