Makna Syahadat
Syahadat
merupakan pintu gerbang pertama seseorang yang masuk Islam, dan menjadi hal
yang sangat penting dalam beriman kepada Allah swt. Tanpa ada syahadat maka tak
ada Islam dalam diri seseorang. Keberadaan syahadat ini sangat fundamental dalam
Islam sehingga menjadi rukun iman yang pertama. Keyakinan kepada Allah swt dan
ke rasul an Muhammad saw merupakan pondasi Islam, tanpanya Islam tak akan
tegak.
Syahadat
terdiri dari dua kalimat, yaitu Asyhadu
‘ala ilaha ila Allah dan Asyhadu ana Muhammad Rasulullah. Dapat dilihat
kata pertama yaitu, Asyhadu ‘ala ilaha
ila Allah memiliki arti, bahwasannya tiada Tuhan yang pantas disembah,
ditaati, diikuti, ditakuti, diagungkan selain Allah swt. Kata ila pada kalimat tersebut bermakna
meniadakan segala bentuk penyembahan kepada selain Allah swt. Dengan adanya
kata ila yang bermakna meniadakan
berarti tidak ada sesembahan yang wajib dan pantas untuk disembah selain dari
Allah swt.
Oleh
sebab itu, kalimat pertama berarti meniadakan segala bentuk penyembahan kepada
selain Allah swt. Seorang muslim yang telah memahami hal ini tentu tidak akan
pernah melakukan perbuatan-perbuatan yang
bersifat syirik. Jika ia mengaku beriman kepada Allah, mengerjakan
sholat tetapi masih percaya kepada ramalan bintang, melakukan ritual
persembahan kepada laut, gunung dan sebagainya berarti ia belumlah disebut
beriman secara sempurna. Padahal Allah swt telah berfirman dalam Al Qur’an
surat Al Baqarah ayat 208 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah : 208)
Ayat tersebut dengan jelas telah
memerintahkan kita ummat Islam untuk masuk kedalam Islam secara menyeluruh. Dengan
kata lain ummat Islam harus beriman kepada Allah secara keseluruhan tanpa ada
unsur-unsur yang lain. Segala sesuatu yang datang dari Allah swt dan Rasul-Nya
wajib kita ambil tanpa ada pengecualian. Dalam ayat lain Allah swt berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al maidah : 90)
Banyak kita lihat diberita-berita
televisi dan iklan-iklan tentang ramalan dengan rasi bintang atau khamr yang
seolah telah “halal” dan dijual bebas. Padahal Allah swt telah melarang
hamba-Nya untuk melakukan hal-hal tersebut. Tetapi pada kenyataannya mereka
telah lupa dengan ikrar mereka bahwasannya tiada Tuhan yang pantas untuk
disembah, dimintakan tolong selain Allah swt. Mereka telah menjadikan ramalan,
kemudian minuman-minuman keras sebagai Tuhan mereka yang sebenarnya akan
menjerumuskannya kedalam murka Allah swt.
Kemudian kalimat kedua yaitu, Asyhadu
ana Muhammad Rasulullah.
Kalimat kedua ini bermakna bahwa Muhammad saw adalah manusia utusan Allah swt
sebagai pembawa petunjuk bagi seluruh ummat manusia. Walhasil, karena Muhammad
saw adalah Nabi dan Rasul yang mendapatkan perintah langsung dari Allah swt
untuk mensyiarkan Islam ini, kita ummat Islam wajib percaya kepada apa-apa yang
dibawanya yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.
Allah swt dalam Al Qur’an surat
Al Hasyr ayat 7 berfirman : “.... Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya” (QS. Al Hasyr : 7)
Ayat tersebut menegaskan bahwa
ummat Islam wajib mengambil apa-apa yang datangnya dari Rasulullah saw tanpa
ada rasa keberatan sedikitpun, sekalipun itu pahit. Kalimat kedua dalam
syahadat tersebut juga bermakna pengakuan bahwa Muhammad saw adalah Nabi dan
Rasul Allah sebagai pembawa agama Islam dan juga sebagai penutup para Nabi dan
Rasul. Oleh sebab itu, jika setelah wafatnya Nabi saw masih ada yang mengaku
sebagai Nabi dan Rasul, maka kita sebagai ummat Islam wajib untuk tidak
percaya. Sebab jika ada yang mengaku sebagai Nabi setelah Nabi saw, maka dia
adalah seorang pendusta besar. Sekalipun ia mengaku tidak membawa risalah baru
tapi hanya sebagai penerus kenabian hal tersebut tidak berarti bahwa risalah ke
Nabian masih ada. Sebab Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud bersabda: “Dalam ummatku akan ada 30 pendusta besar yang kesemuanya
mengaku sebagai Nabi. Tapi aku adalah Nabi terakhir dan tidak ada Nabi lagi
setelah aku” (HR. Abu Dawud).
Sekarang ini kita melihat banyak
yang mengaku sebagai Nabi, seperti Mirza Ghulam Ahmad dari India yang
sebenarnya ia adalah antek Inggris untuk menghancurkan Islam dari dalam,
kemudian di Indonesia dengan kerajaan tuhannya yaitu Lia Eden, ia mengaku
sebagai Jibril, sekaligus Al Masih dan membawa ajaran baru yaitu salamullah. Ia
bahkan hendak menghapuskan seluruh agama dan menggantinya dengan ajarannya.
Maka sesungguhnya mereka semua adalah orang-orang yang mendapat laknat dari
Allah swt.
Ketika seorang Muslim telah
mengakui bahwa apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah benar, maka tentu
ia akan menjalankan semua sunnah-sunnahnya tanpa ada rasa berat dalam hatinya.
Kesimpulannya adalah, jika
seseorang telah mengucapkan dua kalimat syahadat maka itu berarti ia telah siap
untuk menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya tanpa
kecuali dan berat hati. Sebab itu merupakan konsekwensi ia sebagai seorang
muslim yang terikat dengan aturan yang datangnya dari Allah swt yang telah
menciptakannya.
Wallahu ‘alam bis Showab
0 komentar:
Posting Komentar